Bagaimana seseorang dapat berempati terhadap orang yang memiliki pikiran dan tindakan yang salah ? Jika orang itu tidak menyadarinya sendiri, dia akan terus berjalan ke arah yang salah. Namun, kita tidak perlu khawatir tentang itu. Kita tidak akan menyebarkan empati pada pikiran dan tindakannya, tapi pada 'hatinya' , perasaannya. Perasaan atau emosi dari keberadaan dirinya merupakan pusat target empati. Ungkapan hati yang mengekspresikan emosi, sebagai sinonim untuk kata 'perasaan' , ketika bertanya 'Bagaimana perasaanmu?' , kebanyakan akan mengungkapkan apa yang ada di dalam hati mereka.
Seburuk apapun kesalahan seseorang mengenai pikiran, penilaian atau tindakan, situasi yang rumit ternyata mudah dipecahkan hanya dengan menanyakan perasaan terus-menerus. Mereka yang hatinya dapat merasakan empati, akan bersedia menerima risiko atau harga yang harus ditanggung atas kesalahannya sendiri. Sebab, dia sudah mencapai tahap penerimaan terhadap dirinya sepenuhnya. Ketidakadilan yang dirasakannya pun sudah dapat teratasi. Karena itu, pernyataan 'Hati seseorang selalu benar' itu memang benar adanya.
Kita dapat berempati hanya dengan mengetahui bahwa tindakan dan pikiran seseorang berbeda dengan perasaan di dalam hatinya. Jika kita bisa berempati pada orang itu, hatinya akan tergerak meski dia orang yang sangat keras kepala. Sebaliknya, meski alasan kita sangat masuk akal, jika kita tidak bisa berempati dengan benar, rasionalitas dan logika tidaklah berguna untuk mengungkap penyebab di balik tindakan orang tersebut. Logikanya akan lebih banyak digunakan untuk mengembangkan tipu daya yang membela pikiran yang salah, dan makin menjauhkan kita dari pokok permasalahan yang sebenarnya. Jika seseorang yang sangat peka dan bersikap baik saja tidak dapat memahami keberadaan diri orang lain, kemungkinan besar dia memang tidak bisa.
Empati adalah keadaan yang dapat dicapai ketika seseorang melihat isi hati orang lain dari setiap sudut tenang, ceria, serta pandangan penuh kasih.
Empati adalah pemahaman mendalam yang dicapai ketika seseorang secara bertahap melihat seluruh pikiran orang lain, setelah melihat setiap celah batin orang tersebut.
Semakin kita mengenal orang tersebut, semakin kita memahaminya,
Semakin kita memahami orang tersebut, semakin kita berempati kepadanya.
Jadi, empati tidaklah dimiliki sejak lahir, melainkan sesuatu yang datang dari langkah kecil yang diambil secara bertahap.
Jika pintu diibaratkan 'Keberadaan diri', kenop adalah 'emosi atau perasaan' .
Lubuk hati seseorang pasti tersingkap (terbuka) ketika kita dengan tepat membuka matanya terhadap emosi atau perasaan tentang 'keberadaan diri' miliknya sendiri.
Kekuatan untuk memutar kenop yang membuka ke lubuk hati itu adalah empati.
Jung Hyesin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar